Higher-order
thinking adalah dapat memanfaatkan pengetahuan yang telah didapat terhadap
situasi atau hal yang baru didapatkan. Saat kita menggunakan HOT kita harus
memikikan bagaimana mengemukakan pengetahuan yang didapat secara logis dan
original dari pikiran kita yang bias diterima oleh orang banyak.
Karakteristik
dari HOT yait:
1. HOT melibatkan lebih dari satu jawaban tetap
2. HOT dibawa oleh tugas-tugas kompleks
3. HOT adalah tentang pemahaman
4. HOT adalah baik konten bebas dan konten terkait
Jenis-jenis HOT yaitu:
1. Berpikir kreatif
2. Berpikir kritis
3. Taksonomi Bloom
4. Dimensi Marzano Belajar
5. metakognisi
Tugas peta konsep tentang materi kimia.
MISKONSEPSI
PADA PEMBELAJARAN KIMIA
Kimia
merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang menekankan pada penguasaan konsep.
Dalam proses pembelajaran, konsep merupakan hal yang perlu dipahami, dipelajari
dan dikuasai oleh siswa. Konsep kimia terbentuk dalam diri siswa secara
berangsur-angsur melalui pengalaman dan interaksi mereka dengan alam sekitarnya
(Faridah, 2004)
Di
sekolah, mata pelajaran kimia dianggap sulit oleh sebagian besar siswa,
sehingga banyak siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tidak berhasil dalam
belajar kimia. Enawati et al (2004) mengatakan bahwa diantara para siswa SMA
berkembang anggapan bahwa mata pelajaran MIPA terutama kimia merupakan mata
pelajaran tersulit dan menjadi momok di kalangan mereka, sehingga tidak heran
jika sebagian mereka tidak mencapai ketuntasan minimum dalam mata pelajaran
kimia.
Miskonsepsi merupakan
permasalahan umum dalam pembelajaran kimia di sekolah menengah dan perguruan
tinggi yang signifikan menghambat belajar dan pengembangan kognitif. Penelitian
pendidikan kimia banyak melaporkan permasalahan miskonsepsi ini, namun sampai
sekarang miskonsepsi masih merupakan permasalahan dalam pembelajaran kimia yang
memerlukan penanganan serius. Hal yang sama direfleksikan oleh Johnstone (2000:
34), “Research literature has been dominated by work on misconceptions, but
little has as yet appeared about how to reverse these or to avoid them
altogether”. Pemecahan permasalahan miskonsepsi memerlukan pembelajaran
dengan strategi khusus. Pembelajaran tradisional sulit mengatasi permasalahan
miskonsepsi atau pengubahan konseptual (Ates, 2003; Coll & Treagust, 2001)
Ilmu
kimia adalah sains IPA yang khusus mempelajari struktur, susunan, sifat, dan
perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut. Kimia melihat
struktur dan susunan materi dari sisi partikel materi yang non-observable
yang menentukan sifat-sifat materi (observable). Proses-proses kimia
dan semua realitas kimia (fenomena makroskopis) secara paradigmatik dapat
dijelaskan dari perspektif molekular (submikroskopis) sehingga kimia dipandang
sebagai submicroscopic science (Wu, dkk., 2001). Johnstone (2000)
menyatakan bahwa kajian kimia terdiri dari tiga aspek yang saling terkait satu
dengan yang lain yang dilukiskan sebagai triangle, yaitu makroskopis,
submikroskopis, dan simbol, seperti digambarkan pada Gambar 1.
Menurut Suparno (2005) ada lima hal yang
menjadi penyebab miskonsepsi yaitu siswa, guru, buku teks, konteks dan metode
mengajar. Penyebab miskonsepsi dari siswa terdiri dari berbagai hal, yaitu :
prakonsepsi, pemikiran humanistik, pemikiran asosiatif siswa, reasoning yang
tidak lengkap, intuisi yang salah, perkembangan kognitif siswa, minat siswa,
dan kemampuan siswa.
Munculnya
miskonsepsi bisa dilihat dari dua sisi umum, yaitu karakteristik konsep, dan
pembelajaran. Dari sisi karakteristik konsep kimia: (1) Konsep dasar kimia
bersifat abstrak, esensi kimia adalah kajian secara submikroskopis dan spatial
in nature (Wu, dkk., 2001), (2) Makna konseptual kimia sering bertentangan
dengan pengamatan kasat mata, (3) Beberapa istilah yang digunakan sama dengan
dalam kehidupan sehari-hari, terkait dengan budaya, tetapi mempunyai makna yang
berbeda dengan makna konceptual kimia, dan (4) Real word chemistry sangat
kompleks untuk dikaji secara komprehensif dalam pembelajaran kimia, sehingga
kasus dalam pembelajaran kimia cenderung parsial (exemplar models)
terkait dengan konsep yang sedang dibahas
Dari sisi pembelajaran: (1) pembelajaran
kimia cenderung algoritmik, verbalisme, perdefinisi dan contoh (Niaz, 2005;
Stamovlasis, dkk., 2005), (2) pembelajaran hanya menekankan fenomena fisis
(makro) dan terkesan penjejalan fakta (marshals
of evident) sehingga tidak efektif (Gabel,1999), (3) dalam pembelajaran,
kajian submikroskopis sering diabaikan ataupun cenderung dilaksanakan secara
parsial dengan kajian makroskopis dan simbol, (4) kurikulum kimia terkesan
kurang hierarkis dan tidak lengkap (incompleteness), (5) bahasa dan
tidak konsistennya paparan yang digunakan dalam buku teks (Chiu, 2005), dan (6)
bentuk-bentuk pemodelan, analogi, dan penjelasan dari guru yang tidak bisa
mempresentasikan makna konseptual secara menyeluruh bisa menyisakan kekeliruan
penafsiran atau miskonsepsi yang bersifat konsisten (Chiu, 2005).
Miskonsepsi
dalam pelajaran kimia akan sangat fatal dikarenakan konsep-konsep kimia saling
terkait antara satu dengan yang lainnya, sehingga kesalahan konsep di awal
pembelajaran akan berpengaruh kepada pelajaran lanjutan, hal ini akan bermuara
pada rendahnya kemampuan siswa dan tidak tercapainya ketuntasan belajar ,salah
satu contohnya adalah pemahaman materi laju reaksi. Laju reaksi merupakan
bagian dari konsep kimia yang bersifat abstrak, sehingga sering membuat siswa
kesulitan dalam memahami konsep ini. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sinaga (2006) menunjukkan bahwa hampir setengah siswa mengalami kesulitan dalam
memahami konsep pengaruh katalis dan suhu terhadap laju reaksi.
Tabel 1. Jenis-Jenis
Miskonsepsi
No
|
Jenis Miskonsepsi
|
Keterangana
|
1
|
Kepercayaan
bek
|
Konsepsi
popular yang berasal dari pengalaman sehari-hari.
Contoh:
kentang dapat megurangi kadar garam dalam larutan
|
2
|
Kepercayaan
non-ilmiah
|
Termasuk
di dalamnya adalah pandangan yang keliru yang dipelajari siswa dari sumber
non ilmiah, misalnya mitos dan sebagainya.
Contoh:
gas tidak memiliki massa
|
3
|
Salah
paham konseptual
|
Berkembang
saat siswa diberi informasi ilmiah yang tidak memberi tantangan pada paradoks
dari kepercayaan beku dan kepercayaan non ilmiah.
Contoh:
larutan adalah campuran zat dengan air
|
4
|
Miskonsepsi
vernacular
(dialek)
|
Muncul
dari penggunaan kata atau istilah yang berbeda pada kehidupan sehari-hari dan
ilmiah.
contoh:
Air berwarna putih atau air berwarna bening.
|
5
|
Miskonsepsi
faktual
|
Kesalahan
konsep yang terjadi dari sejak kecil dan tidak berubah atau tertantang hingga
dewasa.
Contoh:
zat kimia itu berbahaya
|
Miskonsepsi
yang terjadi diantaranya adalah sebagai berikut :
Pengaruh
Luas Permukaan Terhadap Laju Reaksi
Miskonsepsi
yang terjadi adalah : zat yang memiliki ukuran partikel lebih kecil memiliki
luas permukaan sentuhan yang lebih kecil dalam masa yang sama. Hal ini
bertentangan dengan konsep yang benar dimana bahan kimia yang memiliki ukuran
lebih kecil memiliki luas permukaan sentuhan lebih besar sehingga reaksi lebih
cepat berlangsung (Goldberg, 2004). Dalam memahami pengaruh luas permukaan
terhadap laju reaksi, siswa mengira bahwa bahan yang berbentuk serbuk memiliki
luas permukaan lebih kecil sehingga reaksi lebih cepat berlangsung.
Pengaruh
suhu terhadap laju reaksi
Disini
siswa sering salah dalam memahami pengaruh katalis dan suhu terhadap laju
reaksi terutama mereka sering tertukar dalam memahami antara energi kinetik
reaktan dan energi aktivasi reaktan. Dalam sebuah penelitan dikatakan sebanyak 2,63% siswa beranggapan bahwa
kenaikan suhu meyebabkan energi aktivasi menurun, dan sebanyak 55,26% siswa
beranggapan peningkatan suhu menyebabkan energi aktivasi meningkat sehingga
reaksi lebih cepat berlangsung.
Pengaruh
katalis terhadap laju reaksi
Menurut
temuan Sinaga (2006) dimana hampir setengah dari jumlah siswa mengalami
miskonsepsi pada konsep pengaruh katalis terhadap laju reaksi. Dalam hal
pengaruh penambahan katalis terhadap laju reaksi, sebagian besar siswa memahami
bahwa penambahan katalis dapat menaikkan energi aktivasi reaktan sehingga
reaksi lebih cepat berlangsung.
PERMASALAHAN : banyak diantara kita yang takut untuk
mengungkapkan pendapatnya, Dengan alasan takut salah atau takut tidak diterima.
Bagaimana cara kita berani untuk mengungkapkan mendapat kita? Kan kita tau
seringnya otak diasah untuk berfikir maka akan sering muncul ide-ide kreatif
apabila jarang dikeluarkan maka akan sebaliknya.
seseorang yang takut untuk menyampaikan pendapatnya karena takut salah itu dapat diatasi dengan berlatih tahap demi setahap. Berlatih untuk mengutarakan apa ide ide kreatif yang ia fikirkan. Berlatih berbicara di depan kaca akan membuat seseorang percaya diri dengan apa yg ia sampaikan.
BalasHapusdengan berlatih terus menerus maka kita akan lebih terbiasa untuk menyampaikan pendapat kita
Apakah berlatih didepan kaca dapat membangkitkan percaya diri seseorang?
Hapussalah satu cara tentunya dengan meningkatkan self confidence, karena tanpa self confidence maka kita memang akan kesulitan dengan gamblang mengungkapkan hasil pemikiran kita
BalasHapusCara meningkatkan self confidence bagaimana ya?
Hapuscara yang dapat digunakan adalah lebih mempercayai diri sendiri(Percaya diri bahwa kita bisa). tanamkan dalam hati kita, bahwasanya kita mampu dan bisa mengungkapkan ide kita dan itu benar. kalaupun salah, setidaknya kita sudah mencoba. jangan pernah takut dalam mencoba karna lebih baik gagal dalam mencoba daripada tidak pernah mencoba sama sekali... karna pelaut yang handal tidak dilahirkan dari ombak yag tenang :)
BalasHapusmenurut saya setiap orang mempunyai rasa percaya diri yang berbeda. jika percaya diri rendah akan lebih susah untuk menyampaikan pendapat sedangkan jika rasa percaya diri tinggi akan mudah untuk mengungkapkan pendapat sendiri. jadi untuk mengatasi persmasalahan tersebut yaitu dengan meningkatkan rasa percaya diri sehingga lebih mudah mengungkapkan pendapatnya yang dapat diterima oleh masyarakat.
BalasHapuscara meningkatkan rasa percaya diri menurut saya tergantung diri kita masing-masing, salah satunya dengan berpikir positif tentang kemampuan yang kita miliki. pengaruh segusti juga sangat penting dalam kehidupan manusia. jika kita berpikiran kalau kita tidak percaya diri atau takut dalam mengemukakan pendapat maka otak kita akan bekerja sesuai dengan sugesti sehingga kita menjadi tidak percaya diri. sedangkan jika berpikir kalau kita bisa mengemukakan pendapat maka otak kita akan bekerja menjadi percaya diri. jadi intinya tergantung dari keinginan, keyakinan diri kita masing". selain itu juga salah satu penyebab seseoarng itu tidak percaya diri karena tidak menguasai materi yang dipelajari sehingga tidak mengerti apa pendapat yang akan diberikan.
dengan mulai menyadari bahwasanya konep yang benar memang didapat dari beberapa kesalahan karena kesalahan itu dapat membentuk konsep siswa lebih kuat. kita juga harus meningkatkan kepercayaan diri kita terhadap kita sendiri sehingga kita dapat termotivasi untuk lebih berani.
BalasHapusMenurut saya untuk berani mengungkapkan pendapat itu bukan hanya harus percaya diri namun perlu adanya pengetahuan yang dimiliki, karena tanpa adanya pengetahuan kita sulit untuk berpendapat. Caranya yaitu dengan sering membaca buku-buku yang akan memperluas pengetahuan kita
BalasHapus