HOT dan MISKONSEPSI DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

by 23.16 8 komentar
Higher-order thinking adalah dapat memanfaatkan pengetahuan yang telah didapat terhadap situasi atau hal yang baru didapatkan. Saat kita menggunakan HOT kita harus memikikan bagaimana mengemukakan pengetahuan yang didapat secara logis dan original dari pikiran kita yang bias diterima oleh orang banyak.
Karakteristik dari HOT yait:
1.      HOT melibatkan lebih dari satu jawaban tetap
2.      HOT dibawa oleh tugas-tugas kompleks
3.      HOT adalah tentang pemahaman
4.      HOT adalah baik konten bebas dan konten terkait
Jenis-jenis HOT yaitu:
1.      Berpikir kreatif
2.      Berpikir kritis
3.      Taksonomi Bloom
4.      Dimensi Marzano Belajar
5.      metakognisi
 

Tugas peta konsep tentang materi kimia.
MISKONSEPSI PADA PEMBELAJARAN KIMIA
                   Kimia merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang menekankan pada penguasaan konsep. Dalam proses pembelajaran, konsep merupakan hal yang perlu dipahami, dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Konsep kimia terbentuk dalam diri siswa secara berangsur-angsur melalui pengalaman dan interaksi mereka dengan alam sekitarnya (Faridah, 2004)
                   Di sekolah, mata pelajaran kimia dianggap sulit oleh sebagian besar siswa, sehingga banyak siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tidak berhasil dalam belajar kimia. Enawati et al (2004) mengatakan bahwa diantara para siswa SMA berkembang anggapan bahwa mata pelajaran MIPA terutama kimia merupakan mata pelajaran tersulit dan menjadi momok di kalangan mereka, sehingga tidak heran jika sebagian mereka tidak mencapai ketuntasan minimum dalam mata pelajaran kimia.
                   Miskonsepsi merupakan permasalahan umum dalam pembelajaran kimia di sekolah menengah dan perguruan tinggi yang signifikan menghambat belajar dan pengembangan kognitif. Penelitian pendidikan kimia banyak melaporkan permasalahan miskonsepsi ini, namun sampai sekarang miskonsepsi masih merupakan permasalahan dalam pembelajaran kimia yang memerlukan penanganan serius. Hal yang sama direfleksikan oleh Johnstone (2000: 34), “Research literature has been dominated by work on misconceptions, but little has as yet appeared about how to reverse these or to avoid them altogether”. Pemecahan permasalahan miskonsepsi memerlukan pembelajaran dengan strategi khusus. Pembelajaran tradisional sulit mengatasi permasalahan miskonsepsi atau pengubahan konseptual (Ates, 2003; Coll & Treagust, 2001)
                   Ilmu kimia adalah sains IPA yang khusus mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut. Kimia melihat struktur dan susunan materi dari sisi partikel materi yang non-observable yang menentukan sifat-sifat materi (observable). Proses-proses kimia dan semua realitas kimia (fenomena makroskopis) secara paradigmatik dapat dijelaskan dari perspektif molekular (submikroskopis) sehingga kimia dipandang sebagai submicroscopic science (Wu, dkk., 2001). Johnstone (2000) menyatakan bahwa kajian kimia terdiri dari tiga aspek yang saling terkait satu dengan yang lain yang dilukiskan sebagai triangle, yaitu makroskopis, submikroskopis, dan simbol, seperti digambarkan pada Gambar 1.
Menurut Suparno (2005) ada lima hal yang menjadi penyebab miskonsepsi yaitu siswa, guru, buku teks, konteks dan metode mengajar. Penyebab miskonsepsi dari siswa terdiri dari berbagai hal, yaitu : prakonsepsi, pemikiran humanistik, pemikiran asosiatif siswa, reasoning yang tidak lengkap, intuisi yang salah, perkembangan kognitif siswa, minat siswa, dan kemampuan siswa.
                   Munculnya miskonsepsi bisa dilihat dari dua sisi umum, yaitu karakteristik konsep, dan pembelajaran. Dari sisi karakteristik konsep kimia: (1) Konsep dasar kimia bersifat abstrak, esensi kimia adalah kajian secara submikroskopis dan spatial in nature (Wu, dkk., 2001), (2) Makna konseptual kimia sering bertentangan dengan pengamatan kasat mata, (3) Beberapa istilah yang digunakan sama dengan dalam kehidupan sehari-hari, terkait dengan budaya, tetapi mempunyai makna yang berbeda dengan makna konceptual kimia, dan (4) Real word chemistry sangat kompleks untuk dikaji secara komprehensif dalam pembelajaran kimia, sehingga kasus dalam pembelajaran kimia cenderung parsial (exemplar models) terkait dengan konsep yang sedang dibahas
Dari sisi pembelajaran: (1) pembelajaran kimia cenderung algoritmik, verbalisme, perdefinisi dan contoh (Niaz, 2005; Stamovlasis, dkk., 2005), (2) pembelajaran hanya menekankan fenomena fisis (makro) dan terkesan penjejalan fakta (marshals of evident) sehingga tidak efektif (Gabel,1999), (3) dalam pembelajaran, kajian submikroskopis sering diabaikan ataupun cenderung dilaksanakan secara parsial dengan kajian makroskopis dan simbol, (4) kurikulum kimia terkesan kurang hierarkis dan tidak lengkap (incompleteness), (5) bahasa dan tidak konsistennya paparan yang digunakan dalam buku teks (Chiu, 2005), dan (6) bentuk-bentuk pemodelan, analogi, dan penjelasan dari guru yang tidak bisa mempresentasikan makna konseptual secara menyeluruh bisa menyisakan kekeliruan penafsiran atau miskonsepsi yang bersifat konsisten (Chiu, 2005).
                   Miskonsepsi dalam pelajaran kimia akan sangat fatal dikarenakan konsep-konsep kimia saling terkait antara satu dengan yang lainnya, sehingga kesalahan konsep di awal pembelajaran akan berpengaruh kepada pelajaran lanjutan, hal ini akan bermuara pada rendahnya kemampuan siswa dan tidak tercapainya ketuntasan belajar ,salah satu contohnya adalah pemahaman materi laju reaksi. Laju reaksi merupakan bagian dari konsep kimia yang bersifat abstrak, sehingga sering membuat siswa kesulitan dalam memahami konsep ini. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2006) menunjukkan bahwa hampir setengah siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep pengaruh katalis dan suhu terhadap laju reaksi.
Tabel 1.      Jenis-Jenis Miskonsepsi
No
Jenis Miskonsepsi
Keterangana
1
Kepercayaan
bek
Konsepsi popular yang berasal dari pengalaman sehari-hari.
Contoh: kentang dapat megurangi kadar garam dalam larutan
2
Kepercayaan non-ilmiah
Termasuk di dalamnya adalah pandangan yang keliru yang dipelajari siswa dari sumber non ilmiah, misalnya mitos dan sebagainya.
Contoh: gas tidak memiliki massa
3
Salah paham konseptual
Berkembang saat siswa diberi informasi ilmiah yang tidak memberi tantangan pada paradoks dari kepercayaan beku dan kepercayaan non ilmiah.
Contoh: larutan adalah campuran zat dengan air
4
Miskonsepsi vernacular
(dialek)
Muncul dari penggunaan kata atau istilah yang berbeda pada kehidupan sehari-hari dan ilmiah.
contoh: Air berwarna putih atau air berwarna bening.
5
Miskonsepsi faktual

Kesalahan konsep yang terjadi dari sejak kecil dan tidak berubah atau tertantang hingga dewasa.
Contoh: zat kimia itu berbahaya


Miskonsepsi yang terjadi diantaranya adalah sebagai berikut :
Pengaruh Luas Permukaan Terhadap Laju Reaksi
Miskonsepsi yang terjadi adalah : zat yang memiliki ukuran partikel lebih kecil memiliki luas permukaan sentuhan yang lebih kecil dalam masa yang sama. Hal ini bertentangan dengan konsep yang benar dimana bahan kimia yang memiliki ukuran lebih kecil memiliki luas permukaan sentuhan lebih besar sehingga reaksi lebih cepat berlangsung (Goldberg, 2004). Dalam memahami pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi, siswa mengira bahwa bahan yang berbentuk serbuk memiliki luas permukaan lebih kecil sehingga reaksi lebih cepat berlangsung.
Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Disini siswa sering salah dalam memahami pengaruh katalis dan suhu terhadap laju reaksi terutama mereka sering tertukar dalam memahami antara energi kinetik reaktan dan energi aktivasi reaktan. Dalam sebuah penelitan dikatakan  sebanyak 2,63% siswa beranggapan bahwa kenaikan suhu meyebabkan energi aktivasi menurun, dan sebanyak 55,26% siswa beranggapan peningkatan suhu menyebabkan energi aktivasi meningkat sehingga reaksi lebih cepat berlangsung.
Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
Menurut temuan Sinaga (2006) dimana hampir setengah dari jumlah siswa mengalami miskonsepsi pada konsep pengaruh katalis terhadap laju reaksi. Dalam hal pengaruh penambahan katalis terhadap laju reaksi, sebagian besar siswa memahami bahwa penambahan katalis dapat menaikkan energi aktivasi reaktan sehingga reaksi lebih cepat berlangsung.

PERMASALAHAN : banyak diantara kita yang takut untuk mengungkapkan pendapatnya, Dengan alasan takut salah atau takut tidak diterima. Bagaimana cara kita berani untuk mengungkapkan mendapat kita? Kan kita tau seringnya otak diasah untuk berfikir maka akan sering muncul ide-ide kreatif apabila jarang dikeluarkan maka akan sebaliknya.


8 komentar:

  1. seseorang yang takut untuk menyampaikan pendapatnya karena takut salah itu dapat diatasi dengan berlatih tahap demi setahap. Berlatih untuk mengutarakan apa ide ide kreatif yang ia fikirkan. Berlatih berbicara di depan kaca akan membuat seseorang percaya diri dengan apa yg ia sampaikan.
    dengan berlatih terus menerus maka kita akan lebih terbiasa untuk menyampaikan pendapat kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apakah berlatih didepan kaca dapat membangkitkan percaya diri seseorang?

      Hapus
  2. salah satu cara tentunya dengan meningkatkan self confidence, karena tanpa self confidence maka kita memang akan kesulitan dengan gamblang mengungkapkan hasil pemikiran kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cara meningkatkan self confidence bagaimana ya?

      Hapus
  3. cara yang dapat digunakan adalah lebih mempercayai diri sendiri(Percaya diri bahwa kita bisa). tanamkan dalam hati kita, bahwasanya kita mampu dan bisa mengungkapkan ide kita dan itu benar. kalaupun salah, setidaknya kita sudah mencoba. jangan pernah takut dalam mencoba karna lebih baik gagal dalam mencoba daripada tidak pernah mencoba sama sekali... karna pelaut yang handal tidak dilahirkan dari ombak yag tenang :)

    BalasHapus
  4. menurut saya setiap orang mempunyai rasa percaya diri yang berbeda. jika percaya diri rendah akan lebih susah untuk menyampaikan pendapat sedangkan jika rasa percaya diri tinggi akan mudah untuk mengungkapkan pendapat sendiri. jadi untuk mengatasi persmasalahan tersebut yaitu dengan meningkatkan rasa percaya diri sehingga lebih mudah mengungkapkan pendapatnya yang dapat diterima oleh masyarakat.
    cara meningkatkan rasa percaya diri menurut saya tergantung diri kita masing-masing, salah satunya dengan berpikir positif tentang kemampuan yang kita miliki. pengaruh segusti juga sangat penting dalam kehidupan manusia. jika kita berpikiran kalau kita tidak percaya diri atau takut dalam mengemukakan pendapat maka otak kita akan bekerja sesuai dengan sugesti sehingga kita menjadi tidak percaya diri. sedangkan jika berpikir kalau kita bisa mengemukakan pendapat maka otak kita akan bekerja menjadi percaya diri. jadi intinya tergantung dari keinginan, keyakinan diri kita masing". selain itu juga salah satu penyebab seseoarng itu tidak percaya diri karena tidak menguasai materi yang dipelajari sehingga tidak mengerti apa pendapat yang akan diberikan.

    BalasHapus
  5. dengan mulai menyadari bahwasanya konep yang benar memang didapat dari beberapa kesalahan karena kesalahan itu dapat membentuk konsep siswa lebih kuat. kita juga harus meningkatkan kepercayaan diri kita terhadap kita sendiri sehingga kita dapat termotivasi untuk lebih berani.

    BalasHapus
  6. Menurut saya untuk berani mengungkapkan pendapat itu bukan hanya harus percaya diri namun perlu adanya pengetahuan yang dimiliki, karena tanpa adanya pengetahuan kita sulit untuk berpendapat. Caranya yaitu dengan sering membaca buku-buku yang akan memperluas pengetahuan kita

    BalasHapus