Pengertian Higher Order of Thinking Skill (HOTS)
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir
kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut materi
pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan peserta didik mampu untuk
memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah dari HOTS
yaitu analisis yang merupakan
kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks
tertentu; evaluasi merupakan
kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan
fakta/informasi; dan mengkreasi
merupakan kemampuan berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide.
Kemampuan-kemampuan ini merupakan kemampuan
berpikir level atas pada taksonomi Bloom yang terbaru hasil revisi oleh
Anderson dan Krathwohl seperti pada gambar di bawah ini.
Salah
satu pendekatan pembelajaran unt- uk RSBI menurut Haryanto (2011) harus meng-
gunakan Higher Order Thinking (HOT), baik untuk PBM di kelas maupun dalam
evaluasi pembelajaran. Haryanto (2011) juga menyata- kan bahwa selama ini ada
”salah kaprah”, yakni RSBI ditandai oleh pembelajaran meng- gunakan bahasa
Inggris saja, padahal bahasa itu merupakan suatu ”keharusan”, syarat yang se-
mestinya sudah ada pada RSBI sehingga bahasa Inggris bukan satu-satunya ciri
RSBI, tetapi prestasi dan kualitas pembelajaran internasional sebagai ciri
unggul RSBI yang harus dike- depankan.
Newman
and Wehlage (2011) menyata- kan bahwa ”HOT requires students to manipu- late
informations and ideas in ways that trans- form their meaning and implications,
such as when students combine facts and ideas in order to synthesize,
generalize, explain, hypothize, or arrive at some conclusion or interpretation.
Dengan
HOT siswa akan belajar lebih menda- lam, knowledge is thick, siswa akan
memahami konsep lebih baik. Hal itu sesuai dengan karak- ter yang substantif
untuk suatu pelajaran ketika siswa mampu mendemonstrasikan pemahaman- nya
secara baik dan mendalam. Dengan HOT siswa dapat membedakan ide atau gagasan
secara jelas, berargumen dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu
mengkonstruksi penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks
menjadi lebih jelas.
Thomas
dan Thorne (2011) menyatakan bahwa bahwa HOT dapat dipelajari, HOT dapat
diajarkan pada murid, dengan HOT keterampilan dan karakter siswa dapat
ditingkatkan. Selanjutnya dikatakan bahwa ada perbedaan hasil pembe- lajaran
yang cenderung hapalan dan pembe- lajaran HOT yang menggunakan pemikiran
tingkat tinggi.
Berpikir
berarti menggunakan kemampu- an analitis, kreatif, perlu praktek, dan intele-
gensi semacam itu diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan berpikir
tingkat tinggi semacam meta-kognitif merupakan bagian dari kemampuan berpikir
tingkat tinggi (Higher Order Thinking).
Mc
Loughlin and Luca (2011) menyatakan bahwa
HOT means the capacity to go beyond the information given, to adopt a
cri- tical stance, to evaluate, to have metacognitive awarness and problem
solving capacities. Dikatakan pula bahwa
dengan HOT sis- wa menjadi pemikir yang mandiri, argumen yang dikemukakan siswa
dapat merupakan pe- tunjuk kualitas kemampuan siswa. Penggunaan HOT sebagai
salah satu pendekatan pembelajar- an menghasilkan aktivitas belajar yang produk-
tif khususnya dalam interaksi socio-cognitive, misalnya dalam hal:
1. memberi
dan menerima bantuan;
2. mengubah
dan melengkapi sumber informasi;
3. mengelaborasi
dan menjelaskan konsep;
4. berbagi
pengetahuan dengan teman;
5. saling
memberi dan menerima balikan;
6. menyelesaikan
tugas dalam bentuk kolaboratif, dan
7. berkontribusi
dalam menghadapi tan- tangan.
HOT
ini akan lebih bagus jika dikaitkan dengan Problem Solving Instruction atau
Problem-Based Instruction (PBI) karena muara dari pola berpikir tingkat tinggi
adalah mampu menyelesaikan masalah. Dengan pendekatan HOT siswa dapat diajak
untuk aktif berpikir sehingga mereka juga aktif belajar, khususnya dalam
pemecahan masalah.
0 komentar:
Posting Komentar