A.
Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas
Seorang guru kimia memasuki kelas untuk mengajarkan suatu
materi. Dia menemui para siswanya sedang lesu, tidak bergairah belajar karena
baru saja ulangan matematika. Guru itu melaksanakan pembelajaran dengan metode ekspositori
dan tanya jawab. Beberapa pertanyaan diajukan tetapi tidak ada respon dari
siswa. Kalaupun ada, hanya satu dua siswa atau yang sudah langgalan (rajin)
saja memberikan respon. Mengetahui kondisi yang demikian, guru mengubah
strategi dan metode mengajarnya. Guru mengajak siswa ”bermain game kimia”.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan bagi kelompok yang menang atau
skornya tertinggi akan diberikan hadiah (walau belum jelas bentuknya). Siswa
menyambutnya dengan keadaan gembira seolah-olah pelajaran kimia telah berlalu
dan mereka telah bermain game. Setelah masing-masing kelompok diberi tugas
untuk didiskusikan, ada soal yang harus dijawab oleh anggota kelompok. Tampak
siswa semangat memperoleh nilai tertinggi untuk mengalahkan kelompok lain.
Anggota kelompok yang pintar mengajari temannya yang kurang agar nilai
kelompoknya menjadi tinggi. Pelajaran kimiapun berlangsung sangat kondusif,
aktif, dan menyenangkan.
Ilustrasi tersebut di atas
menunjukkan bahwa seorang guru ketika mengajar dia secara terfokus mengamati
keadaan siswa. Bila kondisi siswa yang kurang motivasi diberikan materi kimia
yang abstrak maka kelas itu mungkin akan seperi pertunjukan opera disaksikan
sekian puluh pasang mata dan sunyi. Tepuk tangan atau kegembiraan baru muncul
setelah kelas berakhir. Oleh sebab itu, ketika guru mengamati kondisi yang
tidak mendorong siswa untuk belajar, maka dia segera mengganti strategi
mengajarnya misalnya (pada ilustrasi di atas) dari tanya jawab menjadi belajar
kooperatif. Hal itu menunjukkan bahwa seorang guru di kelas akan mengubah
sendiri strategi atau metode mengajar yang dirasakan kurang mendukung usahanya.
Guru sendiri tidak menyadari bahwa apa yang telah dilakukannya adalah sebagai
penelitian tindakan meskipun tidak terstruktur, tidak terjadwal, tidak
kolaboratif dan tidak menggunakan istrumen. Bila guru melakukan kegiatan
tersebut dengan motede ilmiah (terstruktur, terencana dsb.) maka dia telah
melakukan suatu penelitian tindakan kelas.
Ebbut (1985) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas
selanjutnya disingkat PTK merupakan studi sistematis yang dilakukan oleh guru
dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan
tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. Bila guru menemukan
keadaan di kelas yang kurang memuaskan atau kurang mendukung kondisi belajar
maka guru harus ”melakukan sesuatu” atau ”melakukan tindakan” agar kondisi tersebut
tidak menjadi inhibitor (penghambat) proses pembelajaran. Guru yang profesional
akan segera melakukan sesuatu tindakan bila di kelasnya terjadi persoalan atau
permasalahan yang mengurangi mutu kerjanya.
B.
Langkah-langkah
yang dilakukan untuk menerapkan PTK. Kegiatan tersebut dimulai dengan indentifikasi
masalah, menetapkan masalah yang akan diteliti, menetapkan tindakan yang akan
dilakukan, menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan, mengumpukan dan
analisis data, dan melakukan refleksi. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan
rangkaian yang akan dilakukan guru bila melaksanakan PTK. Identifikasi masalah
dimulai dari kegiatan refleksi awal, yaitu guru merefleksikan masalah-masalah
yang ada di kelasnya. Hal itu merupakan langkah penting karena bila tidak ada
refleksi maka masalah yang ada di kelas akan sulit teridentifikasi.
Setelah mempelajari bab ini, pembaca
diharapkan dapat:
1) Mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran
di kelas
2) Menjelaskan cara pemilihan masalah
yang layak untuk PTK
3) Menjelaskan cara memilih alternatif
tindakan
4) Menjelaskan kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan pada tahap perencanaan.
5) Menjelaskan kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan.
6) Menjelaskan kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan pada tahap observasi.
7) Menjelaskan kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan pada tahap refleksi.